Proposal
Berikut ini adalah definisi dari
proposal yang dibahas oleh ahlinya.
- KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
Pengertian proposal menurut KBBI adalah rencana yang
dituangkan dalam bentuk rancangan kerja, perencanaan secara sistematis, matang
dan teliti yang dibuah oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian, baik
penelitian di lapangan (field research) maupun penelitian di perpustakaan
(library research).
- Jay (2006: 1)
Pengertian proposal menurut Jay adalah alat bantu manajemen
standar agar manajemen dapat befungsi secara efisien
- Hasnun Anwar (2004: 73)
Pengertian proposal menurut Hasnun Anwar adalah rencana yang
disusun untuk kegiatan tertentu.
Mengidentifikasi
Informasi Penting dalam Proposal Kegiatan atau Penelitian
Pernahkah kamu
membuat proposal? Biasanya, proposal digunakan sebagai pengajuan, permohonan,
atau penawaran. Dengan adanya proposal, kegiatan yang kita rencanakan bisa
terlaksana dengan baik sebab kita akan mendapat beberapa keuntungan, misalnya
mendapat izin pelaksanaan kegiatan dan mendapat bantuan dana.
Kegiatan 1
Mengidentifikasi
Bagian-bagian Penting Proposal
Pada pembahasan
ini, kamu akan mempelajari bagian-bagian penting dalam proposal. Untuk
menunjang pemahamanmu, perhatikanlah contoh proposal berikut ini!
A.
Judul proposal : Kadar
Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3 Tasikmalaya pada Mading Sekolah
B.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang Masalah
Bahasa yang
digunakan dalam tulisan ilmiah memiliki karakteristik dan ragam ilmiah. Oleh
karena itu, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa tersendiri, yaitu ragam
tulis ilmiah. Bahasa tulis ilmiah merupakan suatu laras (register) dari ragam
bahasa resmi baku yang harus disusun secara jelas, teratur, dan tepat makna.
Ragam bahasa ilmiah yang digunakan dalam tulisan ilmiah – dalam hal ini mading
ilmiah – harus memiliki ketentuan tertentu agar mampu mengomunikasikan pikiran,
gagasan, dan pengertian secara lengkap, ringkas, dan tepat makna.
Salah satu ciri
ragam bahasa tulis ilmiah adalah lebih mengutamakan penggunaan kalimat pasif
daripada aktif. Pengutamaan bentuk kalimat pasif dalam tulisan ilmiah karena
tulisan ilmiah lebih cenderung bersifat impersonal, pengungkapan suatu
peristiwa lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Oleh karena itu, bentuk
penulisan konstruksi kalimat pasif dalam tulisan ilmiah sering dilakukan
penulisnya.
Secara umum, suatu
tulisan ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang dipandang
memiliki kadar keilmiahan tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara ilmiah pula. Karya ilmiah dapat dikomunikasikan secara
tertulis dalam bentuk tulisan ilmiah. Dengan demikian, tulisan ilmiah adalah
semua bentuk tulisan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang
keilmuannya.
Berbeda dengan
karya sastra atau karya seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta sifat yang
formal karena isinya harus mengikuti persyaratan-persyaratan tertentu sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah menyampaikan
seperangkat informasi, data, keterangan, dan pikiran secara tegas, ringkas, dan
jelas. Kendatipun demikian, melalui kreativitas dan daya nalar penulisnya,
karya ilmiah dapat disusun sedemikian rupa agar menarik perhatian pembaca tanpa
melupakan nilai-nilai ilmiahnya.
Suatu tulisan
ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah. Pola berpikir
ilmiah yang digunakan dalam mengungkapkan suatu tulisan ilmiah adalah pola
berpikir reflektif, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan
mengadakan\refleksi secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan
kenyataan empirik dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir
induktif dan deduktif secara bersama-sama mendasari proses berpikir reflektif.
Pola berpikir
ilmiah sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya
secara ilmiah. Ada tiga aspek yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam
berpikir ilmiah tersebut. Pertama, perlu
penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya tulis ilmiah diperlukan adanya
kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa sehingga dapat dipahami
secara objektif. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan bahasa teknis
ilmiah baik secara verbal maupun nonverbal.
Kedua, pengertian operasional – dalam
kegiatan ilmiah setiap pengertian yang terkandung di dalamnya hendaknya
bersifat operasional agar terjadi kesamaan persepsi, visi, dan penafsiran.
Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif. Jika diperlukan,
beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara eksplisit.
Membuat pengertian operasional dapat dilakukan dengan membuat definisi atau
sinonim dari hal-hal yang akan dijelaskan. Di samping itu, pengertian
operasional dapat disusun dengan membuat deskripsi secara jelas baik segi
kausal, dinamis, maupun ciri-ciri yang dapat diidentifikasi.
Ketiga, berpikir kuantitatif artinya untuk
lebih menjamin objektivitas penyampaian pikiran atau keterangan. Hal ini
berarti perlunya data kuantitatif sebagai pendukung terhadap segala pikiran
yang akan dikemukakan. Tulisan ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran,
simpulan, serta pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan
dan mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik
teroretik maupun empirik. Tulisan ilmiah senantiasa bertolak dari kebenaran
ilmiah dalam bidang ilmu pengetahun, teknologi, dan seni yang berkaitan dengan
permasalahan yang disajikan. Titik tolak ini merupakan sumber kerangka berpikir
(paradigma) dalam mengumpulkan informasi-informasi secara empirik.
Sehubungan dengan
hal itu, untuk mengetahui kadar keilmuan tulisan siswa maka perlu dilakukan
kajian terhadap karya ilmiah yang dibuat siswa SMA Negeri 3 Tasikmlaya. Untuk
itu, kajian atau penelitian dengan judul “Kadar Keilmuan Tulisan Siswa SMAN 3
Tasikmalaya pada Majalah Dinding (Mading) Sekolah” penting untuk dilakukan.
Rencana kegiatan ini dituangkan dalam proposal penelitian ini.
2.
Perumusan Masalah
Penelitian terhadap tulisan ilmiah
para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada majalah dinding (mading)
sekolah dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan komprehensif
tentang kadar keilmiahan tulisan yang berkaitan dengan aspek kebahasaan dalam
pengungkapan konsep-konsep keilmuan dan fakta ilmiah. Penilaian yang dilakukan
terhadap tulisan ilmiah dalam mading itu meliputi penilaian unsur kebahasaan
dan unsur nonkebahasaan. Unsur kebahasaan terdiri atas penggunaan kosakata dan
istilah, pengembangan bahasa, dan aspek mekanik yang terdapat dalam tulisan,
sedangkan unsur nonkebahasaan terdiri atas unsur isi dan organisasi tulisan.
Penilaian terhadap
unsur kebahasaan dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan penggunaan unsur
teknis ilmiah kebahasaan yang terdapat dalam tulisan/mading yang
dipublikasikan. Adapun penilaian terhadap unsur nonkebahasaan dimaksudkan untuk
mengetahui kelengkapan informasi ilmiah dan pengembangan alur berpikir yang
disampaikan oleh penulis.
Berdasarkan uraian
di atas, masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.
·
Bagaimanakah
kadar keilmiahan isi tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading
sekolahnya?
·
Bagaimanakah
kadar keilmiahan tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
·
Bagaimanakah
kadar keilmiahan kosakata dan istilah yang digunakan dalam tulisan para siswa
SMAN 3 Tasikmalaya dalam Mading sekolahnya?
·
Bagaimanakah
kadar keilmiahan pengembangan bahasa yang digunakan dalam tulisan para siswa
SMAN 3 Tasikmalaya dalam mading sekolahnya?
·
Bagaimanakah
kadar keilmiahan aspek mekanik yang digunakan dalam tulisan para siswa SMAN 3
Tasikmalaya yang disajikan dalam mading sekolahnya?
3.
Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para siswa SMAN 3 Tasikmalaya
dalam menambah pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan tulisan
yang berkadar ilmiah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat
secara praktis bagi guru dalam menulis mading yang berkadar ilmiah dilihat dari
aspek keilmiahan isi tulisan, organisasi, kosakata dan istilah, pengembangan
bahasa, dan mekanik yang terdapat dalam tulisan mading. Hasil pendeskripsian
tulisan berkadar ilmiah ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman atau
panduan bagi guru dalam memberikan pembelajaran menulis yang berkadar ilmiah.
4.
Definisi Operasional
Tulisan berkadar ilmiah adalah
karangan tertulis yang menyajikan fakta umum dengan menggunakan metode ilmiah
dan menggunakan aspek bahasa tulis ilmiah yang disajikan secara singkat,
ringkas, jelas, dan sistematis. Tulisan berkadar ilmiah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan
pada mading sekolahnya selama tiga tahun terakhir.
C.
Tinjauan Pustaka
Salah satu ranah
kegiatan penting yang dilakukan guru di universitas adalah kegiatan ilmiah,
yakni kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks),
baik yang dilakukan melalui aktivitas penelitian maupun publikasi ilmiah. Upaya
pengembangan ipteks bukan merupakan kegiatan individual atau kelompok melainkan
merupakan kegiatan universal yang melibatkan semua ilmuwan di seluruh dunia.
Oleh karena itu, para ilmuwan – terutama yang terlibat dalam disiplin ilmu
sejenis (inhouse style) perlu saling bekerja sama dan berkolaborasi untuk
mengomunikasikan dan memublikasikan kegiatan ilmiah mereka.
Agar kerja sama
dan kolaborasi tersebut efektif dan efisien, alat komunikasi yang digunakan
perlu disesuaikan dengan hakikat ilmupengetahuan serta dengan cara kerja para
ilmuwan. Alat komunikasi itu adalah ragam bahasa khusus, yang oleh bahasawan
mazhab Praha disebut ragam bahasa ilmiah (Davis, 1973: 229). Ciri utama ragam
bahasa ilmiah adalah serba nalar/logis, lugas/padat, jelas/eksplisit,
impersonal/objektif, dan berupa ragam baku (standar).
Johannes (1978:
2-3) mengemukakan ihwal gaya bahasa keilmuan pada dasarnya sama pengertiannya
dengan ragam bahasa fungsional baku. Yang dimaksud dengan ragam fungsional baku
adalah ragam tulis yang ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: (1) bahasanya
adalah bahasa resmi, bukan bahasa pergaulan; (2) sifatnya formal dan objektif;
(3) nadanya tidak emosional; (4) keindahan bahasanya tetap diperhatikan; (5)
kemubaziran dihindari; (6) isinya lengkap, bayan, ringkas, meyakinkan, dan
tepat.
Moeliono (1993: 3)
menyatakan ciri-ciri bahasa keilmuan yang menonjol adalah kecendekiaannya.
Pencendekiaan bahasa itu dapat diartikan proses penyesuaiannya menjadi bahasa
yang mampu membuat pernyataan yang tepat, saksama, dan abstrak. Bentuk
kalimatnya mencerminkan ketelitian penalaran yang objektif. Ada hubungan logis
antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Hubungan antarkalimat yang
logis meliputi relasi sebab akibat, lantaran dan tujuan, hubungan kesejajaran,
kemungkinan kementakan (probabilitas), dan gelorat (necessity) yang
diekspresikan lewat bangun kalimat yang khusus.
Harjasujana (1993:
3) menyatakan, penggunaan bahasa dalam ipteks itu khusus dan khas. Ciri dan
karakteristiknya yang utama ialah lugas, lurus, monosemantik, dan ajeg. Bahasa
ilmiah itu harus hemat dan cermat karena menghendaki respons yang pasti dari
pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah
penggantinya harus mudah dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan dan
kejelasan sintaksis yang berpadu dengan penghapusan unsur-unsur yang bersifat
pribadi dapat menghasilkan ragam bahasa ilmiah yang umum. Kelugasan,
keobjektifan, dan keajegan bahasa tulis ilmiah itulah yang membedakannya dengan
ragam bahasa sastra yang subjektif, halus, dan lentur sehingga intrepretasi
pembaca yang satu kerap kali sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi
pembaca lainnya.
Badudu (1992: 39)
menjelaskan bahwa bahasa ilmiah merupakan suatu laras (register) bahasa yang
khusus, yang memiliki coraknya sendiri. Bahasa ilmiah merupakan suatu laras
dari ragam bahasa resmi baku. Sebagai bahasa dengan laras khusus, bahasa ilmiah
itu harus jelas, teratur, tepat makna. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi dengan cacat sekecilkecilnya. Artinya,
jangan sampai bahasa yang digunakan itu demikian banyak kekurangannya sehingga
informasi yang akan disampaikan tidak sampai kepada sasarannya. Agar jelas,
bahasa ilmiah harus teratur, lengkap, tersusun baik, teliti dalam pengungkapannya,
dan membentuk satu kesatuan ide.
Unsur kebahasaan
dan nonkebahasaan merupakan komponen yang harus diperhatikan untuk menghasilkan
tulisan yang jelas, benar, baik, dan bermutu. Unsur-unsur kebahasaan dalam
tulisan berkadar ilmiah terdiri atas kosakata dan istilah, pengembangan bahasa,
dan mekanik. Pertama, kosakata
dan istilah yang digunakan hendaknya memperhatikan pemanfaatan potensi kata
canggih, kata dan ungkapan yang dipilih tepat makna, dan penulis sendiri perlu
mengetahui pembentukan kata dan istilah. Pemanfaatan potensi kata yang terbatas
sebaiknya dihindari, apalagi pemanfaatan potensi kata dan istilah yang
asal-asalan. Hal lain yang perlu dihindari penulis adalah memilih kata dan
ungkapan yang kurang tepat sesuai dengan konteksnya. Apalagi jika pilihan kata
dan ungkapan yang kurang tepat itu sampai merusak makna yang dimaksud oleh
penulis. Pengetahuan kosakata dan istilah yang rendah dari penulis dapat
mempengaruhi kadar keilmiahan tulisannya.
Kedua, pengembangan bahasa dalam tulisan
berkadar ilmiah berkaitan dengan sintaksis yang digunakan penulis. Aturan
sintaksis yang perlu dikuasai penulis terutama yang berhubungan dengan kalimat,
klausa, dan frasa baik hubungan satuan-satuan tersebut secara fungsional maupun
hubungan secara maknawi. Dalam tulisan berkadar ilmiah, penulis perlu
memperhatikan konstruksi kalimat yang digunakan. Konstruksi kalimat dapat saja
berbentuk sederhana atau kompleks, tetapi harus tetap efektif. Kesalahan serius
dalam konstruksi kalimat hendaknya perlu dihindari. Apalagi jika kesalahan
tersebut dapat membingungkan makna atau mengaburkan makna yang dimaksud oleh
penulis sehingga tulisan tidak komunikatif.
Ketiga, aspek mekanik yang digunakan
dalam tulisan berkadar ilmiah berkaitan dengan aturan penulisan yang berupa
ejaan dan tanda baca. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis perlu
menguasai aturan penulisan, terutama yang berupa ejaan dan tanda baca. Di
samping ejaan dan tanda baca, penulis perlu memperhatikan kerapian dan
kebersihan tulisannya. Dalam menulis berkadar ilmiah, penulis harus menghindari
kesalahan ejaan dan tanda baca, apalagi jika kesalahan tersebut dapat
membingungkan atau mengaburkan makna sehingga mengurangi nilai atau bobot dari
tulisan tersebut.
Di samping
menguasai unsur-unsur kebahasaan, penulis juga perlu menguasai unsur-unsur
nonkebahasaan. Hal ini dimaksudkan agar tujuan seseorang menulis bukan hanya
menghasilkan bahasa melainkan ada sesuatu yang akan diungkapkan dan dinyatakan
melalui sarana bahasa tulis. Adapun unsur nonkebahasaan dalam tulisan berkadar
ilmiah terdiri atas isi dan organisasi.
Pertama, isi tulisan. Penulis harus
memperhatikan kualitas dan ruang lingkup isi yang hendak disampaikan. Isi
tulisan yang dituangkan hendaknya padat informasi, substantif, pengembangan
gagasan tuntas, dan relevan dengan permasalahan yang hendak disampaikan. Dalam
menyampaikan isi tulisan, penulis sebaiknya menghindari pemberian informasi
yang sangat terbatas, substansi yang disampaikan kurang atau bahkan tidak ada
substansi, pengembangan gagasan kurang relevan atau tidak tampak.
Kedua, organisasi dalam tulisan berkadar
ilmiah berkaitan dengan ekspresi atau gagasan yang akan diungkapkan oleh
penulis. Agar gagasan atau ekspresi yang dimaksud penulis tersampaikan, gagasan
itu perlu diungkapkan dengan jelas, lancar, padat, tertata dengan baik,
urutannya logis dan kohesif. Untuk menghasilkan tulisan berkadar ilmiah yang
baik dan sempurna, penulis harus menghindari penyampaian gagasan yang kacau,
terpotong-potong, pengembangan yang tidak terorganisasi, dan tidak logis.
D.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif. Tujuannya untuk mendeskripsikan kadar keilmiahan isi tulisan,
organisasi, kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan aspek mekanik
tulisan para siswa SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading sekolah.
Data tulisan siswa berkadar ilmiah dalam mading diambil dalam kurun waktu
selama tiga tahun terakhir (2013–2016). Dalam kurun waktu itu terdapat 48
artikel yang dipublikasikan.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan pembacaan berulangulang dan teknik format isian. Teknik pembacaan
berulang-ulang bertujuan untuk mendata tulisan yang berkadar ilmiah. Teknik
format isian dimaksudkan untuk mengumpulkan data berupa tulisan berkadar ilmiah
yang menjadi sasaran penelitian ini.
Analisis data
dilakukan terhadap kadar tulisan ilmiah yang meliputi isi tulisan, organisasi,
kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan aspek mekanik. Analisis kadar
keilmiahan tulisan didasarkan pada ciri-ciri dan sifat-sifat tulisan yang
berkadar ilmiah tersebut. Untuk mengetahui kadar keilmiahan tulisan para siswa
SMAN 3 Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading digunakan model penilaian
tulisan dengan menggunakan skala interval untuk tiap tingkatan tertentu pada
tiap aspek yang diteliti/dinilai.
Dari hasil analisis
ini diharapkan akan diperoleh keluaran atau hasil yang jelas dan komprehensif
tentang kadar keilmiahan isi tulisan, organisasi, kosakata dan istilah,
pengembangan bahasa, dan aspek mekanik dalam tulisan para siswa SMAN 3
Tasikmalaya yang dipublikasikan pada mading sekolah, yang selanjutnya dapat
dijadikan pedoman dalam menulis dan memublikasikan artikel/tulisan pada mading
ilmiah.
E.
Jadwal
Pelaksanaan
Pelaksanaan
penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut.
No. Nama Kegiatan dan Bulan
1.
Persiapan:
penyusunan proposal, penyusunan instrumen, dan studi dokumentasi = Maret–April
2.
Seminar
proposal/desain penelitian = Mei
3.
Pelaksanaan
penelitian = Juni–Agustus
4.
Analisis
data = September–Oktober
5.
Penyusunan
laporan = November
6.
Seminar
hasil penelitian, penyerahan laporan = Desember
F.
Rencana Anggaran
Secara rinci, kebutuhan anggaran
penelitian ini direncanakan sebagai berikut.
Uraian Kegiatan
1.
Persiapan:
a.
Penyusunan
proposal
b.
Penyusunan
instrumen penelitian
c.
Koordinasi
dengan redaksi mading
2.
Kegiatan
operasional:
a.
pembacaan
artikel madding
b.
analisis
data
3.
Bahan
dan alat:
a.
kertas
kuarto
b.
tinta
printer
4.
Penyusunan
laporan
5.
Seminar
hasil penelitian
6.
Penggandaan
laporan
Volume Kegiatan dan Satuan Biaya
1. 1x Rp 200.000,00
1x
Rp 150.000,00
1×3
org x
@
Rp 100.000,00
2. 48 artikel x
@
Rp 25.000,00
1
x Rp 300.000,00
3. rim x
@
Rp 30.000,00
2
buah x
@
Rp 200.000,00
4.
1
x Rp 100.000,00
5.
1
x Rp 150.000,00
6.
10
eks x
@ Rp 17.000,00
@ Rp 17.000,00
Jumlah Biaya
1. Rp 200.000,00
Rp
150.000,00
Rp
300.000,00
2.
Rp
1.200.000,00
Rp 300.000,00
3. Rp 30.000,00
Rp
400.000,00
4.
Rp
100.000,00
5.
Rp
150.000,00
6.
Rp
170.000,00
Jumlah keseluruhan
Rp
3.000.000,00
G.
Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta:
Gramedia. Davis, P.W. 1973. Introducing
Applied Linguistics. Harmondsworth: Penguin Education.
Harjasujana, A.S.
1993. “Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan Tinggi”, Makalah Seminar Peningkatan Mutu Pengajaran Bahasa
Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan Tinggi. Bandung: ITB.
Johannes, H. 1993.
“Gaya Bahasa Keilmuan”, Kertas Kerja
Kongres Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Moeliono, A. 1993.
“Bahasa yang Efektif dan Efisien”, Makalah
Seminar Peningkatan Mutu Pengajaran Bahasa Indonesia Ragam Ipteks di Perguruan
Tinggi. Bandung: ITB.
Nurgiyantoro, B.
1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Yogyakarta: BPFE.
Nuryanto, F. 1996.
“Penggunaan Bahasa Indonesia Ilmiah oleh Guru IKIP Yogyakarta”, Mading Kependidikan, Nomor 1, Tahun XXVI,
1996. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP
Contoh tersebut
adalah contoh proposal. Berdasarkan contoh tersebut dapat dirumuskan bahwa yang
dimaksud dengan proposal adalah teks yang berupa permintaan kepada seseorang
atau suatu lembaga untuk melakukan suatu kegiatan (penelitian).
Unsur-Unsur Proposal
Dalam pembuatan harus ada unsur-unsur agar dapat disetujui.
Berikut penjelasannya:
- Nama
Kegiatan (Judul)
Adalah nama dari
kegaiatan atau judul yang akan dilaksanakan atau dilakukan yang menjadi
gambaran secara umum proposal tersebut.
- Latar
Belakang
Dalam pembuatan
proposal harus tercantum latar belakang yang isinya pokok-pokok ataupun alasan
mengapa perlu diadakan atau disetujui kegiatan tersebut.
- Tujuan
Kegiatan
Dapat berisi tujuan
dari kegiatan yang akan dilakukan, tujuan harus dijelaskan dengan rinci agar
manfaat bisa terlihat oleh pembaca.
- Tema
Tema adalah yang
mendasari suatu kegiatan yang tertera pada proposal
- Sasaran
atau Peserta
Pada setiap proposal
yang dibuat harus menetapkan secara jelas siapa yang menjadi sasaran dalam
kegiatan tersebut
- Tempat
dan Waktu
Berisikan secara
detail waktu dan tempat diadakan kegiatan tersebut
- Kepanitiaan
Pada proposal harus
dituliskan secara lengkap susunan panitia yang mengadakan kegiatan tersebut
- Rencana
Anggaran Biaya
Berisikan rencana
anggaran biaya secara detail dan jelas yang akan digunakan dalam kegiatan tersebut agar dapat dipertanggung jawabkan.
Silahkan kerjakan latihan materi Mengidentifikasi Proposal Di alamat link berikut
https://docs.google.com/forms/d/17UttFm5QL-MkiiXVXrNCzlqW_U4jqhuwzflOmxVpB6k/edit
Silahkan kerjakan latihan materi Mengidentifikasi Proposal Di alamat link berikut
https://docs.google.com/forms/d/17UttFm5QL-MkiiXVXrNCzlqW_U4jqhuwzflOmxVpB6k/edit
No comments:
Post a Comment