Kaidah Kebahasaan Teks Biografi

Kaidah Kebahasaan Teks Biografi

            Teks biografi termasuk teks naratif yang tergolong pada teks makro. Sebagai teks makro, teks biografi memiliki struktur teks yang tidak harus sama, bergantung pada bagaimana penulis menyampaikan gambaran tentang tokoh dan peristiwa yang dialaminya. Untuk dapat mengenali teks biografi, harus memahami isi teks yang menceritakan kehidupan tokoh di dalam biografi tersebut. Agar memudahkan memahami teks biografi, ada empat hal yang harus cermati, yaitu (1) judul biografi, (2) hal menarik dan mengesankan yang ditampilkan dalam kehidupan tokoh, (3) hal mengagumkan dan mengharukan yang muncul dalam kehidupan tokoh, dan (4) hal yang dapat dicontoh dari kehidupan tokoh.

            Teks biografi (biography) merupakan teks yang mengisahkan tokoh atau pelaku, peristiwa, dan masalah yang dihadapinya. Biografi merupakan riwayat hidup seseorang atau tokoh yang ditulis oleh orang lain. Dalam sebuah teks biografi terdapat beberapa unsur kebahasaan yang membangun teks tersebut. Unsur-unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks biografi antara lain kata hubung, rujukan kata, waktu, aktivitas dan tempat, dan kata kerja. Berikut ini beberapa unsur kebahasaan teks biografi

            Teks biografi menggunakan beberapa kaidah kebahasaan yang dominan. Kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Menggunakan pronomina (kata ganti) orang ketiga tunggal ia atau dia atau beliau. Kata ganti ini digunakan secara bervariasi dengan penyebutan nama tokoh atau panggilan tokoh.

Contoh: George Saa, putra Papua sangat menyukai pelajaran fisika. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Berkat ketekunannya, Si Genius dari Papua ini mendapatkan beasiswa hingga ke luar negeri. Meski kini telah sukses, Oge, begitu biasanya dia dipanggil, tetap menjadi pribadi yang ramah dan tidak sombong.

2.      Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh.
Contoh: belajar, membaca, berjalan, melempar.

3.       Banyak menggunakan kata adjektiva untuk memberikan informasi secara rinci tentang sifat-sifat tokoh.
Contoh: kata sifat untuk mendeskripsikan watak tokoh antara lain genius, rajin, ulet. Dalam melakukan deskripsi, seringkali penggunaan kata sifat didahului oleh kopulatif adalah, merupakan.


4.      Banyak menggunakan kata kerja Pasif dan Kata Kerja Aktif untuk menjelaskan peristiwa yang dialami tokoh sebgaai subjek yang diceritakan.
a.       Kata Kerja Aktif, biasanya mendapat imbuhan me-, seperti :
·    me + buat = membuat (Ibu membuat kue di dapur).
·    me + potong = memotong (Ayah memotong rumput di halaman belakang).
·    me + cuci = mencuci (Adik mencuci sepedanya yang sangat kotor).
·    me + baca = membaca (Fira meminjam buku cerita di perpustakaan).
·    me + dengar + kan = mendengarkan (Yudi mendengarkan radio di kamarnya).
·    me + cari = mencari (Salsa mencari pensilnya yang hilang).
·    me + masak = memasak (Kakak memasak Ikan di dapur)
b.      Kata Kerja Pasif, biasanya mendapat imbuhan di-, seperti :
·    di + goreng = digoreng (Ikan di kulkas digoreng Kakak untuk makan siang).
·    di + minum = diminum (Obatnya diminum oleh Kakek tiga kali sehari).
·    di + lihat = dilihat (Pertandingan ini dilihat oleh ribuan pasang mata).
·    di + dengar = didengar (Penjelasannya didengar oleh semua peserta seminar).
·    di + kejar = dikejar (Pencopet itu dikejar oleh semua orang yang ada di pasar).
·    di + tangkap = ditangkap (Pelakunya sudah ditangkap oleh polisi kemarin).

5.      Banyak menggunakan kata kerja yang berhubungan dengan aktivitas mental dalam rangka penggambaran peran tokoh.
No.
Kata Kerja Tindakan
Kalimat
1.
membangkitkan
Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan memangat anti kolonial bagi pembacanya.
2.
menyosialisasikan
Ki Hajar Dewantra juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia.
3.
membangkitkan, menggerakkan
Organisasi ini ditolak oleh pemerintahan Belanda karena dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
4.
melancarkan, merayakan
Komite Boemipoetra melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang ingin merayakan seratus tahun kebebasan Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya.
5.
menjatuhkan
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukum buang (internering) ke Pulau Bangka tanpa proses pengadilan.
6.
mendirikan
Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya mendirikan perguruan yang bercorak nasional, yaitu Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa).

6.      Banyak menggunakan kata sambung, kata depan, ataupun nomina yang berkenaan dengan urutan waktu. Kata hubung atau kata sambung yaitu kata yang berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dan kata lain dalam satu kalimat. Selain itu, kata hubung juga berfungsi untuk mengubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.
a.       Jika kata hubung tersebut berfungsi sebagai penghubung kata dalam satu kalimat, kata hubung itu disebut konjungsi intrakalimat, seperti dan, tetapi, lalu, kemudian.
b.      Jika kata hubung tersebut berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, kata hubung itu disebut konjungsi antarkalimat, misalnya akan tetapi, meskipun demikian, oleh karena itu.

Contoh: sebelum, sudah, pada saat, kemudian, selanjutnya, sampai, hingga, pada tanggal, nantinya, selama.


Pembuatan teks biografi diatur dalam sebuah kaidah kebahasaan. Memang tidak semuanya mengikat, tetapi ada standar tertentu yang membuat teks biografi menjadi enak dibaca.
Berikut adalah kaidah kebahasaan yang biasa digunakan dalam sebuah teks biografi.

1.      Kata Ganti Orang Ketiga
            Sudut pandang orang ketiga merupakan sebuah sudut pandang yang senantiasa digunakan dalam penulisan sebuah biografi. Ini sebuah keharusan karena biografi tidak ditulis oleh seseorang yang berada di dalam teks biografi.
            Biografi ditulis oleh orang lain, maka wajib menggunakan kata ganti orang ketiga, baik dalam bentuk ‘dia’ atau ‘mereka’. Tentu tergantung dari berapa orang yang dituliskan dalam biografi.
2.      Bahasa yang Konsisten
            Kebanyakan teks biografi ditulis dengan bahasa baku. Namun, tidak ada salahnya menulis biografi dengan bahasa yang tidak baku alias bahasa slang. Tentu ini tergantung dari tokoh yang diulas beserta media tempat teks biografi dibuat.
            Apabila tokoh yang diulas adalah tokoh yang dituakan, tentu saja menggunakan bahasa resmi. Sementara itu, tokoh yang dianggap masih muda bisa ditulis menggunakan bahasa slang.
            Media tempat teks biografi dibuat juga berpengaruh terhadap bahasa yang digunakan. Teks biografi biasanya mengikuti bahasa yang digunakan media. Tokoh yang ditulis pun tentu sesuai dengan tema media yang bersangkutan.


No comments:

Post a Comment