Kebahasaan Proposal


Kaidah kebahasaan proposal
            Beberapa kaidah kebahasaan yang menandai sebuah proposal tampak di dalamnya. Di dalam tersebut terdapat pernyataan-pernyataan yang bersifat argumentatif. Argumen yang dimaksud, antara lain, tentang pemberlakuan kurikulum baru sebagai momentum terbaik untuk memperbaiki kondisi (pembelajaran). Kurikulum baru mendorong pemberdayaan peran guru (pengajar) dalam mengembangkan kompetensi siswa. Argumen-argumen tersebut akan lebih meyakinkan apabila disertai dengan alasan. Suatu alasan sering kali menggunakan konjungsi penyebaban, seperti sebab, karena, oleh karena itu
            Selain pernyataan-pernyataan argumentatif, di dalamnya terdapat pernyataan-pernyataan yang bersifat persuasif. Hal ini dimaksudkan untuk menggugah penerima proposal untuk menerima ajuan itu. Misalnya, perhatikanlah kalimat terakhir dalam cuplikan itu. Kalimat “Untuk itu, sebuah upaya pembekalan terhadap para pengajar tentang pengembangan kurikulum dan materi pengajaran membaca dan menulis sangat mendesak untuk dilakukan” merupakan kalimat persuasif yang menyatakan pentingnya kegiatan yang diajukannya itu sehingga diharapkan pihak yang ditujunya bisa menerimanya.
Unsur Kebahahasaan Karya Ilmiah

            Telah kita pelajari pada materi terdahulu bahwa salah satu ciri karya ilmiah adalah bersifat objektif. Objektivitas suatu karya ilmiah, antara lain, dintandai oleh pilihan kata yang bersifat impersonal. Hal itu berbeda dengan teks lain yang bersifat nonilmiah, semacam novel ataupun cerpen yang pengarangnya bisa ber-akukamu, dan dia. Kata ganti yang digunakan dalam karya ilmiah harus bersifat umum, misalnya penulis atau peneliti.
            Ragam bahasa yang digunakan karya ilmiah harus lugas dan bermakna denotatif. Makna yang terkandung dalam kata-katanya harus diungkapkan secara eksplisit untuk mencegah timbulnya pemberian makna yang lain. Untuk itu, dalam karya ilmiah kita sering mendapatkan definisi atau batasan dari kata atau istilah-istilah yang digunakan. Misalnya, jika dalam karya itu digunakan frasa atau klausa, penulis itu harus terlebih dahulu menjelaskan arti kedua kata itu sebelum ia melakukan pembahasan yang lebih jauh. Hal tersebut penting dilakukan untuk menyamakan persepsi antara penulis dengan pembaca atau untuk menghindari timbulnya pemaknaan lain oleh pembaca terhadap maksud kedua kata itu.
            Makna denotasi adalah makna kata yang tidak mengalami perubahan, sesuai dengan konsep asalnya. Makna denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu tidak mengalami penambahan-penambahan makna. Adapun makna konotasi adalah makna yang telah mengalami penambahan. Tambahan-tambahan itu berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang terhadap suatu hal. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
 - Malam ini udara terasa sangat panas (denotasi) (panas di sini berkaitan dengan suhu)
- Hatiku panas begitu melihat Ahmad dimarahi Pak Lurah (konotasi) (panas di sini bermakna emosi, marah)
- Adikku senang mengenakan pakaian hitam bila keluar rumah (denotasi) (warna gelap)
- Ia sudah insaf, tidak ingin lagi tenggelam ke dalam dunia hitam (konotasi) (kemaksiatan, kehinaan)
Fitur-fitur kebahasaan lainnya yang menjadi penanda proposal adalah sebagai berikut.
1.      Menggunakan banyak istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegiatan itu sendiri ataupun tentang istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya.

Istilah Kegiatan (Penelitian
·         abstrak
·         analisis data
·         hipotesis
·         instrumen
·         latar belakang
·         metode penelitian
·         pengolahan data
·         penelitian lapangan
·         pengumpulan data
·         populasi
·         sampel
·         teknik penelitian
Istilah Keilmuan (Pendidikan)
·         afektif
·         buku pelajaran
·         kompetensi
·         kurikulum
·         materi pengajaran
·         media belajar
·         minat baca
·         pembelajaran
·         peserta didik
·         psikologis
·         sekolah
2.      Menggunakan banyak kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, misalnya, berlatih, membaca, mengisi, mencampurkan, mendokumentasikan, mengamati, melakukan.
3.      Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefinisan, yang ditandai oleh penggunaan kata merupakan, adalah, yaitu, yakni.
4.      Menggunakan kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, petama, kedua, ketiga.
5.      Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan”, seperti akan, diharapkan, direncakan. Hal itu sesuai dengan sifat proposal itu sendiri sebagai suatu usulan, rencana, atau rancangan program kegiatan.
6.      Menggunakan kata-kata bermakna lugas (denotatif). Hal ini penting guna menghindari kesalahan pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju/penerima proposal.
Tugas 1
1.      Istilah-istilah di bawah ini berkenaan dengan bidang: bahasa, sastra, agama, budaya, komunikasi, fisika, atau biologi?

Peristilahan
·         novel
·         fonem
·         gamelan
·         bakteri
·         keterbacaan
·         permintaan pasar
·         gravitasi
·         huruf
·         sanitasi
·         gurindam

Peristilahan
·         abstrak = tidak berwujud; tidak berbentuk;
·         biaya = uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan, dan sebagainya)
·         data = keterangan yang benar dan nyata:
·         fokus penelitian =
·         hipotesis = sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat
·         kualitatif = berdasarkan mutu
·         populasi = seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah
·         random =
·         sampel = sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar
·         statistik =  catatan angka-angka (bilangan); perangkaan

Jenis Kebahasaan lain dalam penyusunan proposal adalah sebagai berikut:

1.      Menggunakan istilah ilmiah, baik yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan atau yang berkaitan dengan bidang keilmuannya.
            Contoh: Profit, Variabel, Konsumen, Promosi
2.      Menggunakan kata kerja tindakan untuk menyatakan langkah-langkah kegiatan atau metode penelitian.
            Contoh: Membayar, menyerut, mempromosikan, menyetorkan, melayani
3.      Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefinisian, seperti merupakan, yaitu, yakni, adalah.
            Contoh:
a.       “Es Klamud Jelly Susu” merupakan produk minuman segar dan menyehatkan yang berbahan dasar utama kelapa muda.
b.      Usaha “Es Klamud Jelly Susu” ini adalah kolaborasi diantara empat orang mahasiswa.
c.        “Es Klamud Jelly Susu” memiliki keunggulan dibanding produk lainnya, yaitu penggunaan bahan yang masih segar.
4.      Menggunakan kata-kata yang mengandung makna perincian, seperti pertama, kedua, selain itu.
5.      Menggunakan kata-kata yang bersifat ke-akan-an, seperti akan, diharapkan.
6.      Menggunakan kata-kata denotatif atau bermakna sebenarnya. Hal ini sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman antara pihak pengaju proposal dengan pihak penerima proposal.



No comments:

Post a Comment