Menganalisis Isi Debat

Tujuan debat adalah mendapatkan kesepakatan atau persamaan pendapat dalam menyikapi mosi, tetapi setiap pihak harus mempertahankan pendapatnya yang sesuai dengan fakta. Apabila argumen yang disampaikan satu pihak lebih kuat dan lebih meyakinkan, bukan tidak mungkin pada akhir debat pihak lain akan mengubah pendapatnya tentang mosi.

 Menganalisis Pendapat Tim Afirmasi, Tim Oposisi, dan Tim Netral dalam Debat

Sebelum menganalisis kekuatan dan kelemahan pendapat pihak-pihak yang berdebat, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengidentifikasi pendapat dan argumen yang disampaikan masing-masing pihak.

 

MENGANALISIS ISI DEBAT

1.    Menganalisis Pendapat Tim Afirmasi, Tim Oposisi, dan Tim Netral dalam Debat

Meskipun tujuan debat tidak untuk mencapai kesepakatan atau persamaan pendapat dalam menyikapi mosi, tetapi masing-masing pihak harus mampu mempertahankan pendapatnya dengan argumen yang kuat. Apabila argumen yang disampaikan satu pihak lebih kuat dan lebih meyakinkan, bukan tidak mungkin pada akhir debat pihak lain akan mengubah pendapatnya tentang mosi.

Sebelum menganalisis kekuatan dan kelemahan pendapat pihak-pihak yang berdebat, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengidentifikasi pendapat dan argumen yang disampaikan masing-masing pihak.

Contoh : Apakah Ponsel Berbahaya ?

Pembicara 1

Tim Afirmasi

Saya percaya bahwa penggunaan ponsel sangat berbahaya karena ponsel dapat menyebabkan beberapa masalah dan ancaman bagi kehidupan manusia. Ancaman tersebut adalah, ponsel berbahaya bagi keselamatan pengguna dan kehidupan sosial dan keluarga.

Tim Aposisi:

Saya tidak setuju bahwa penggunaan ponsel sangat berbahaya. Namun, sebaliknya ponsel sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Menurut saya pengguna ponsel yang tidak bertanggung jawablah yang menyebabkan ponsel dapat membahayakan kehidupan mereka sendiri dan orang lain.

Tim Netral

Menurut saya, ponsel sangat berguna jika dipergunakan secara benar. Namun, di sisi lain ponsel juga sangat berbahaya misalnya jika dipergunakan secara terus menerus atau dipergunakan untuk hal-hal yang negatif.

Pembicara 2

Tim Afirmasi

Saya pikir ponsellah yang membahayakan penggunanya. Kita bisa melihat saat ini, ponsel tidak hanya digunakan oleh orang dewasa tapi hampir semua umur telah menggunakan ponsel. Bahkan anak-anak yang masih bersekolah di TK sudah menggunakan ponsel. Pengguna di bawah umur inilah yang sangat rentan negatif dari ponsel. Selain itu, melihat kecelakaan banyak terjadi di jalan raya yang disebabkan oleh ponsel. Mereka seakan kecanduan memeriksa ponsel mereka di mana saja, termasuk di jalan raya saat mereka mengemudi. Inilah yang menyebabkan mereka kehilangan konsentrasi dan hasilnya kecelakaan. Itulah sebabnya kita harus melarang pengemudi menggunakan ponsel saat mengemudi. Hal ini akan mengurangi jumlah kematian di jalan raya karena ponsel.

Tim Oposisi

Anda mengatakan bahwa ponsellah yang membahayakan pengguna. Ini tidak adil karena masih banyak orang di luar sana yang dapat menggunakannya secara bertanggung jawab. Pengguna yang tidak bertanggung jawab adalah pembuat masalah itu karena ponsel tidak akan beroperasi sendiri; perlu seseorang untuk mengoperasikannya. Dalam kasus kecelakaan mobil, pengguna ponsel yang tidak bertanggung jawab yang bersalah karena mereka mengoperasikan ponsel di waktu yang salah. Menanggapi ide Anda tentang pelarangan membawa ponsel bagi pengemudi tidaklah tepat. Justru ponsel dapat bermanfaat. Misalnya ketika melihat kecelakaan terjadi, pengemudi lain dapat menghubungi polisi atau ambulans untuk membantunya. Penelitian juga menunjukkan bahwa ponsel bukanlah penyebab kecelakaan di jalan raya. Namun, kegiatan yang mengganggu konsentrasilah yang menyebabkan kecelakaan. Ini berarti tidak hanya menggunakan ponsel, tetapi juga melakukan hal-hal lain seperti menggunakan makeup, menyisir rambut atau berbicara juga berbahaya.

Tim Netral

Saya tetap berpendapat bahwa ponsel bisa sangat berguna atau tidak membahayakan, tetapi juga sangat berbahaya. Tergantung siapa yang menggunakan dan untuk apa digunakan. Pada saat ponsel digunakan untuk berkomunikasi dengan kerabat atau rekan kerja, ponsel sangat bermanfaat mengatasi kendala ruang dan waktu dalam komunikasi. Ponsel juga sangat membantu pelajar untuk mencari bahan atau materi belajar, berdiskusi, bahkan mengirim tugas-tugas kepada gurunya.

Namun, ponsel juga bisa membawa dampak negatif misalnya untuk merancang kegiatan kriminal, mencuri data orang, atau mengakses situs-situs yang berkonten negatif.

Tim Afirmasi

Tidak hanya membahayakan saat mengemudi, bukti lain dari ponsel berbahaya adalah ponsel mengganggu kehidupan sosial dan kehidupan keluarga mereka. Saat ini ponsel adalah orang yang paling terdekat dengan pengguna. Mereka lebih memilih untuk berinteraksi dengan ponsel daripada berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka. Hal ini menyebabkan mereka menjadi acuh tak acuh atau anti-sosial. Hal-hal baik seperti menyapa, senyum, dan bertanya dengan orang yang baru mereka temui telah hilang di dalam kehidupan sosial mereka. Mereka pindah ke penggunaan media sosial yang bisa diakses melalui ponsel untuk berinteraksi sehingga membuat mereka menjauh dari orang-orang di sekitar mereka. Dalam kehidupan keluarga, mereka menjadi terlalu individualistis. Tidak ada hal seperti diskusi keluarga, waktu berkualitas dengan keluarga seperti makan bersama, bercanda dengan keluarga dan hal-hal lain yang dapat memperkuat hubungan keluarga. Bahkan saat ini di rumah seluruh keluarga sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Tim Aposisi

Hilangnya norma-norma yang baik dalam keluarga tidak disebabkan oleh ponsel. Kami tidak setuju dengan apa yang Anda katakan. Kehidupan sosial yang baik dan harmonis dalam keluarga tergantung pada kualitas pribadi dan keluarga itu sendiri. Orang-orang tidak akan menjadi acuh jika mereka lebih peduli terhadap lingkungan mereka. Sebenarnya ponsel dapat membantu hubungan sosial mereka dengan cara menjadi alat berinteraksi di mana saja dan kapan saja. Dalam hubungan keluarga, keharmonisan dapat dicapai dengan memberikan perhatian lebih kepada anggota lain dalam keluarga. Dalam hal ini orang tua yang harus mengawasi anak-anak mereka. Jika mereka peduli dan memprioritaskan diskusi keluarga, anak-anak mereka tidak akan ragu-ragu untuk berbagi masalah mereka. Dalam hal ini ponsel dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga dengan menjadi alat atau penghubung antara satu sama dengan lain dalam keluarga. Misalnya, dengan menggunakan ponsel orang tua bisa mengetahui kondisi anggota keluarganya di mana pun dan kapan pun.

Tim Netral

Jadi segala perilaku negatif masyarakat, terutama anak muda saat ini tidaklah bisa serta merta merupakan dampak negatif ponsel. Ada banyak faktor lain yang memengaruhi prilaku masyarakat seperti tekanan kebutuhan ekonomi dan perilaku public figure yang tidak dapat diteladani.

Di sisi lain, kita tak bisa menutup mata bahwa ponsel dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk mengakses segala perkembangan di bidang teknologi, informasi, kesehatan, politik, dan sebagainya secara cepat dan akurat.

Gunakan lagi tabel analisis pendapat seperti yang telah kamu gunakan saat menganalisis pendapat masing-masing pihak pada debat tentang penyerapan kosa kata bahasa asing ke dalam bahasa indonesia di atas.

2.    Mengidentifikasi Ragam Bahasa Debat 

Debat yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita temukan dalam kehidupan seharihari. Dalam debat kusir bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan argument yang disampaikan.

Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus perhatikan.

Berikut ini ciri ragam bahasa ilmiah.

  1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan
  2. Kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf). Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
  3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif)

Kaidah Kebahasaan Teks Debat

Berikut ini terdapat beberapa kaidah kebahasaan dalam teks debat, antara lain sebagai berikut:

1.      Menggunakan kalimat kompleks, pada teks debat biasanya menggunakan kalimat yang mempunyai lebih dari satu struktur dan lebih dari satu kata kerja (kalimat kompleks).

2.      Menggunakan konjungsi, pada teks debat sering memanfaatkan konjungsi untuk menghubungkan kata-kata atau kalimat.

3.      Menggunakan kata rujukan, pada teks debat biasanya menggunakan kata rujukan sebagai pemberi  informasi, seperti ini, itu, dia, beliau, di sini, di sana, dan sebagainya.

Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, bahasa prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara debat karena antarpihak tidak saling memahami kata yang digunakan.

Contoh :

  1. Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN  telah memakan banyak korban.
  2. Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian Nasional.

Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidakbakuan kalimat (1) dan (2) karena menggunakan frasa bermakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Pada kalimat kedua, ketidakefektifan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget.

Perbaikan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat kamu lihat pada bagian berikut.

1.    Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.

2.    Banyak sekali siswa frustrasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.


D.   BERLATIH PRAKTIK DEBAT

1.    Menyusun Mosi Debat

Sebelum memulai debat, terlebih dahulu kalian harus merumuskan mosi terlebihdahulu (permasalahan) yang akan diperdebatkan. Mosi dapat diambil dari berita yang tengah hangat beredar di masyarakat. Kamu juga dapat mengangkat masalah-masalah yang kamu hadapi di sekolah.

2.    Menyusun Pendapat untuk Mendukung atau Menolak Mosi

Setelah menentukan mosi untuk diperdebatkan dalam forum kelas, kembalilah bekerja dalam kelompok. Dalam debat, setiap tim mengambil sikap sebagai pihak yang mendukung mosi (afirmasi) atau pihak yang menolak mosi (oposisi).

3.    Melaksanakan Debat sesuai dengan Peran yang Telah Ditetapkan

Setelah berhasil menentukan mosi untuk diperdebatkan, menyusun pendapat yang mendukung mosi dan pendapat yang menolak mosi, serta menyusun teks debat. Dalam bagian ini, kamu akan melaksanakan debat sesuai dengan peran yang telah ditetapkan serta menanggapi pendapat dari kelompok lawan dan mempertahankan pendapat disertai argumen yang mendukung.

Sebelum memulai berdebat, tatalah ruang kelas menjadi tempat yang nyaman untuk sebuah kegiatan debat. Sepakatilah tata tertib debat kelas yang akan dilakukan. Mintalah pendapat dan masukan guru atas tata tertib yang kamu sepakati.

Beberapa hal yang perlu kamu sepakati sebagai tata tertib antara lain lamanya menyampaikan pendapat dan mendapatkan tanggapan, lamanya debat akan dilangsungkan, siapa yang memimpin dan apa saja tugasnya, serta bagaimana pembagian peran dalam debat.


E.   JENIS – JENIS DEBAT

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis dalam teks debat, antara lain sebagai berikut:

1. Debat Parlementer atau Majelis

Merupakan debat yang bertujuan memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya, debat parlementer merupakan ciri badan legislatif.

2. Debat Pemeriksaan Ulangan Untuk Mengetahui Kebenaran Pemeriksaan Terdahulu

Merupakan debat yang bertujuan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan yang satu dan yang lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya; debat pemeriksaan ulang ialah suatu teknik yang dikembangkan dikantor-kantor pengadilan.

3. Debat Formal, Konvensional Atau Debat Pendidikan

Merupakan debat yang bertujuan untuk memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau yang membantah suatu usul; debat formal didasarkan pada konversi-konversi debat bersama secara politis.

Membandingkan kritik dan esai

 



Mendengar kata ‘kritik’, sebagian dari kita mungkin sudah tak asing lagi, bukan? Biasanya, ini disampaikan saat seseorang ingin memberi pandangan terhadap sesuatu. Dalam karya sastra, kritik juga menjadi hal yang lumrah. Para kritikus sastra melakukan ini demi menyempurnakan hal-hal yang masih dirasa kurang dalam sebuah karya.  Nah, saat kita berbicara tentang kritik dalam karya sastra, biasanya kita juga tak lepas dari esai. Apa sih bedanya kritik dan esai?

Kritik, sebagaimana kita ketahui, merupakan suatu ungkapan penilaian terhadap suatu karya dengan didasari analisis yang mendalam. Selain menilai, biasanya kritik sastra juga memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih luas.

Kritik sastra dihasilkan oleh kritikus sastra. Karenanya, penting bagi seorang kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya sastra, latar belakang karya sastra, dan ilmu lain yang terkait. Kritik sastra memungkinkan suatu karya dapat dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai. Sebuah kritik sastra yang baik harus menyertakan alasan-alasan dan bukti-bukti baik langsung maupun tidak langsung dalam penilaiannya.

Secara garis besar, kritik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • bersifat menanggapi atau mengomentari karya orang lain
  • menunjukkan kelebihan dan kekurangan
  • memberi saran perbaikan
  • bertujuan menjembatani pemahaman pembaca/apresiator/apresian dengan karya sastra bersangkutan

Sementara itu, esai adalah suatu cara pandang terhadap suatu objek atau peristiwa, dan ini tidak selalu terhadap karya. Esai pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh H.B Jassin, setelahnya ini menjadi sangat terkenal. Menulis esai sangat penting untuk melatih kemampuan dalam dunia kepenulisan, karena di dalam esai terkandung opini penulis yang disertai dengan teori ataupun data yang benar.

Nah, untuk menulis esai yang baik, dalam hal ini enak dibaca dan lebih menarik, dibutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai bagian yang ada di dalam esai. Seperti katakanlah pendahuluan, yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis. Setelah itu ada tubuh esai, yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek. Terakhir, bagian akhir, yang berisi kesimpulan yang menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.

Kritik dan Esai memiliki ciri masing-masing. Jika kritik lebih bersifat menanggapi atau mengomentari, esai lebih ke opini pribadi. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa ciri esai yang perlu diketahui:

  • Berbentuk prosa
  • Singkat, dan tidak membutuhkan waktu lama untuk membacanya
  • Memiliki gaya tersendiri yang menjadi pembeda
  • Tidak utuh
  • Memenuhi keutuhan penulisan
  • Bersifat personal

Dalam mengidentifikasi unsur kritik sastra dan esai, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui.

Kritik
Mengutip Dina Gasong dalam Bahan Ajar Mata Kuliah Kritik Sastra (2018), kritik sastra adalah usaha memberikan tanggapan, pertimbangan, penulaian suatu karya dengan memperlihatkan keunggulan dan kelemahan dari suatu karya. Kritik sastra berkaitan dengan karya sastra, baik itu cerpen, novel, atau drama. Menulis kritik sastra merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap pengarang. Kritik sastra juga dapat menjadi jembatan antara pembaca dan pengarang. Pada titik tertentu, penilaian terhadap karya sastra ditulis berdasarkan metode dan teori kritik serta kesusastraan. Kesimpulannya, ciri kritik sastra yang menjadi pembeda dengan esai atau karangan lainnya, yaitu: Ditujukan untuk menanggapi atau mengomentari karya sastra. Menungkapkan kelebihan dan kekurangan dalam karya sastra. Kritik sastra dapat dilengkapi dengan saran. Menjadi sarana apresiasi.

Esai
Menurut Jos Daniel Parera dalam Menulis Tertib dan Sistematik Edisi Kedua (1993), esai adalah karangan atau tulisan dalam bentuk prosa tentang apa saja. Penulisan esai bersifat individual. Maksudnya, pemikiran dan pandangan yang disampaikan dalam esai adalah pandangan personal penulisnya. Masing-masing penulis esai memiliki gaya kepenulisannya masing-masing. Metode dan teorinya tidak kaku seperti kritik sastra, tetapi tetap memenuhi kaidah kepenulisan yang utuh. Esai mencakup narasi serta kesimpulan yang logis agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Dapat disimpulkan, ciri esai yang menjadi pembeda karangan lainnya, yaitu: Ditulis secara naratif dalam bentuk prosa. Tulisan tidak terlalu panjang, sehingga dapat dinikmati pembaca dengan lebih santai. Tiap penulis esai memiliki gaya kepenulisan yang khas. Esai berisi bagian yang penting dan menarik saja dari obyek dan subyek pembahasaan, sehingga esai terkesan tidak utuh. Secara kepenulisan, esai harus memenuhi kaidah keutuhan karangan. Esai merupakan pandangan personal atau pribadi penulisnya.

Perbedaan Kritik dan Esai

Pemahaman terhadap kritik dan esai sering kali rancu karena keduanya merupakan teks yang didasarkan pada suatu objek untuk dinilai. Oleh karena itu, mengetahui perbedaan kritik dan esai akan membantu menjernihkan keburaman tersebut. Berikut adalah perbedaan kritik dan esai menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 192) berdasarkan pengetahuan yang disajikan, dan pandangan penulisnya.

Berdasarkan Pengetahuan yang Disajikan

Jika kita membandingkan kritik sastra dan esai berdasarkan pengetahuan yang disajikan, maka perbedaannya adalah sebagai berikut.

No.

Kritik

Esai

1.

Objek kajian adalah berupa karya, misalnya: cerpen, puisi, seni musik, drama, tari, film, lukisan.

Objek kajian dapat berupa karya namun kebanyakan berupa fenomena (politik, kebijakan baru, fenomena sosial, dsb).

2.

Terdapat deskripsi karya, misalnya jika karya berwujud buku, maka deskripsinya adalah sinopsis.

Tidak memuat deskripsi atau ringkasan karya

3.

Menyajikan data objektif yang didapatkan dari hasil penelitian atau penulis ahli terdahulu.

Tidak selalu membutuhkan data, meskipun melengkapinya adalah hal yang baik.

 

 

 

Berdasarkan Pandangan Penulis

Dilihat dari pandangan penulisnya, perbandingan kritik dan esai adalah sebagai berikut.

No.

Kritik

Esai

1.

Penilaian terhadap karya dilakukan secara objektif disertai data empiris dan alasan yang logis.

Kajian dilakukan secara subjektif, kebanyakan opini atau pendapat pribadi penulis esai.

2.

Dalam melakukan penilaian, sering kali menggunakan metode dan kajian teori yang sudah mapan untuk menilai jenis karya tertentu.

Jarang bahkan hampir mencantumkan kajian teori yang digunakan.

3.

Pembahasan karya secara utuh dan menyeluruh; melakukan perbandingan baik dan buruk.

Seringkali tidak menyeluruh, hanya fokus terhadap bagian yang menurut penulisnya paling menarik. Meskipun begitu, pembahasannya tetap dilakukan secara utuh.

 

Sistematika Kritik dan Esai

Pada akhirnya, opini atau pendapat seseorang terhadap suatu hal lain adalah bentuk atau genre teks eksposisi. Oleh karena itu, ketika mengidentifikasi unsur kritik dan esai, maka akan ditemukan struktur dan sistematika penulisan teks eksposisi pula. Berikut adalah sistematika kritik dan esai yang masih berlandaskan struktur teks eksposisi.

 

1.      Tesis

Adalah pendapat atau opini umum yang biasanya berupa pengenalan dan deskripsi karya pada kritik atau pengenalan dan definisi umum isu pada esai.

 

2.       Rangkaian argumen

Merupakan argumen atau pendapat-pendapat penulis sebagai penjelasan khusus dari tesis umum yang telah dipaparkan. Pada teks kritik, bagian ini akan banyak memuat data, fakta, atau teori yang teruji untuk mendukung argumennya. Esai biasanya tidak terlalu banyak menggunakan fakta atau data karena sifatnya biasanya masih memiliki hipotesis baru.

3.      Penegasan ulang

Merupakan perumusan kembali secara ringkas mengenai tesis dan berbagai argumen yang telah disampaikan. Hal ini untuk menyilangkan kembali antara tesis awal dan rangkaian argumen menjadi kesatuan ide utuh yang dapat diserap dengan baik oleh pembaca. Bagian ini dapat berisi penilaian akhir dan saran konkret dalam teks kritik. Esai juga sebaiknya memuat solusi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas.

 

Kaidah Kebahasaan Kritik dan Esai

Sebagai salah satu turunan teks eksposisi, teks kritik dan esai secara umum juga memiliki kaidah kebahasaan yang hampir sama dengan teks eksposisi. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 208) berikut adalah kaidah kebahasaan kritik dan esai.

1.   Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif. Contoh dalam kritik: Mengapa terlalu buru-buru dalam mengungkap konfliknya? bukankah banyak pula novel sukses yang dibangun melalui narasi yang lambat? Dalam esai: Menjaga kesehatan itu tidaklah sulit, salah satu caranya hanya dengan rutin mencuci tangan saja.

2.  Banyak menyisipkan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung dan membuktikan kebenaran argumentasi penulisnya. Salah satu caranya bisa dengan mengutip pendapat ahli. Selain itu, bisa juga dengan mencantumkan data resmi dari penelitian terkait, misalnya kutipan data yang dihimpun WHO untuk situasi pandemi.

3. Menggunakan ungkapan dan pernyataan yang mengomentari atau menilai. Contoh dalam kritik: Narasi antarperistiwa dirangkai dengan sangat apik oleh penulisnya. Contoh dalam esai: Tampaknya kebijakan tersebut memang berniat untuk mensejahterakan rakyat, hanya saja fakta lapangan berkata lain.

4.   Banyak menggunakan istilah teknis yang berkaitan dengan topik yang dibahasnya. Contohnya dalam kritik yang membahas novel, maka akan banyak menggunakan istilah: diksi, konflik, majas. Jika membahas kesehatan maka akan menggunakan istilah: virus, bakteri, COVID-19.

5.      Menggunakan kata kerja mental. Karena kritik dan esai sejatinya adalah teks eksposisi yang bersifat argumentatif. Contohnya: menegaskan, menentukan, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan.

Selain mengikuti kaidah kebahasaan teks eksposisi secara umum, teks esai juga memiliki karakter khas. Karakter khas yang dimaksud adalah gaya bahasa berupa pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisan unik berkaitan erat dengan penulis esai secara pribadi.

Menyusun Kritik dan Esai

Membuat kritik dan esai yang baik akan melibatkan beberapa langkah sederhana. Langkah-langkah tersebut berdasarkan berbagai aspek dari kritik dan esai yang telah dijabarkan sebelumnya, meliputi: struktur, kaidah kebahasaan, dsb.

 

Mengonstruksi Kritik Sastra

Dalam menulis kritik, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membaca dan menikmati sepenuhnya karya yang akan dikritik terlebih dahulu. Selanjutnya, dapat dilanjutkan dengan beberapa langkah di bawah ini.

  1. Datalah identitas karya, catat judulnya, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, dsb.
  2. Buatlah deskripsi singkat mengenai karya tersebut, terutama pada bagian yang paling banyak dinilai. Dalam karya sastra, wujud deskripsinya adalah sinopsis yang tidak boleh terlalu banyak membeberkan isi utama dari kisahnya (jangan menjadi spoiler).
  3. Catat berbagai kelebihan dan kekurangan yang ditemukan.
  4. Berdasarkan data kelebihan dan kekurangan yang telah ditemukan, buatlah paragraf sederhana untuk mengungkapkannya secara jelas.
  5. Buat semua unsur struktur kritik, yakni: tesis, rangkaian argumentasi, dan penegasan ulang. Ubah paragraf sederhana di atas menjadi salah satu rangkaian argumentasi. Lengkapi argumentasi dengan paragraf lain yang menyokong atau menguatkannya, termasuk kutipan ahli atau data dari penelitian dan lembaga yang relevan. Dalam proses ini, setidaknya buat satu kalimat untuk mengisi unsur tesis dan penegasan ulang.
  6. Lengkapi semua struktur kritik yang dibutuhkan, termasuk tesis, argumentasi, dan penegasan ulang.
  7. Lakukan proses edit untuk memperbaiki berbagai kesalahan penulisan, tata bahasa, dan ganti berbagai kata, dan kalimat yang kurang sesuai dengan kaidah penulisan teks kritik.

Mengonstruksi Esai

Berbeda dengan kritik, esai kebanyakan tidak mengulas atau mengkritik karya. Biasanya hal yang diulas adalah fenomena tertentu seperti fenomena bahasa, situasi politik, keadaan sosial, dsb. Berikut adalah langkah-langkah dalam menulis esai.

  1. Amatilah fenomena yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu, koran, internet, majalah, atau televisi, mengenai masalah yang sedang hangat dibicarakan (aktual)
  2. Tentukanlah satu bagian saja dari fenomena tersebut yang paling menarik perhatian. Pastikan kita memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang hal tersebut. Artinya, lakukanlah riset, observasi, hingga memperkaya literasi dalam masalah yang akan dibahas tersebut.
  3. Buatlah pandangan pribadimu mengenai topik yang telah tersebut.
  4. Siapkan argumen untuk mendukung pernyataan pribadimu, boleh juga dilengkapi dengan pendapat ahli atau data yang cukup memadai.
  5. Tulislah sebuah esai berdasarkan hal telah disiapkan sebelumnya. Jangan ragu untuk menggunakan gaya bahasa kita sendiri. Karena pada akhirnya, cara yang sama seperti menulis esai akan kita lakukan: proses melengkapi struktur dan edit.