Mendengar
kata ‘kritik’, sebagian dari kita mungkin sudah tak asing lagi, bukan?
Biasanya, ini disampaikan saat seseorang ingin memberi pandangan terhadap
sesuatu. Dalam karya sastra, kritik juga menjadi hal yang lumrah. Para kritikus
sastra melakukan ini demi menyempurnakan hal-hal yang masih dirasa kurang dalam
sebuah karya. Nah, saat kita berbicara tentang kritik dalam karya sastra,
biasanya kita juga tak lepas dari esai. Apa sih bedanya kritik dan esai?
Kritik, sebagaimana
kita ketahui, merupakan suatu ungkapan penilaian terhadap suatu karya dengan
didasari analisis yang mendalam. Selain menilai, biasanya kritik sastra juga
memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih luas.
Kritik sastra
dihasilkan oleh kritikus sastra. Karenanya, penting bagi seorang kritikus
sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan
karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya sastra, latar belakang karya
sastra, dan ilmu lain yang terkait. Kritik sastra memungkinkan suatu karya
dapat dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai. Sebuah kritik sastra yang
baik harus menyertakan alasan-alasan dan bukti-bukti baik langsung maupun tidak
langsung dalam penilaiannya.
Secara garis besar,
kritik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- bersifat
menanggapi atau mengomentari karya orang lain
- menunjukkan
kelebihan dan kekurangan
- memberi
saran perbaikan
- bertujuan
menjembatani pemahaman pembaca/apresiator/apresian dengan karya sastra
bersangkutan
Sementara itu, esai
adalah suatu cara pandang terhadap suatu objek atau peristiwa, dan ini tidak
selalu terhadap karya. Esai pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh H.B
Jassin, setelahnya ini menjadi sangat terkenal. Menulis esai sangat penting
untuk melatih kemampuan dalam dunia kepenulisan, karena di dalam esai
terkandung opini penulis yang disertai dengan teori ataupun data yang benar.
Nah, untuk menulis
esai yang baik, dalam hal ini enak dibaca dan lebih menarik, dibutuhkan
pemahaman yang mendalam mengenai bagian yang ada di dalam esai. Seperti
katakanlah pendahuluan, yang berisi latar belakang informasi yang
mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai
oleh si penulis. Setelah itu ada tubuh esai, yang menyajikan
seluruh informasi tentang subyek. Terakhir, bagian akhir, yang
berisi kesimpulan yang menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh
esai, atau beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.
Kritik dan Esai
memiliki ciri masing-masing. Jika kritik lebih bersifat menanggapi atau
mengomentari, esai lebih ke opini pribadi. Untuk lebih jelasnya, berikut
beberapa ciri esai yang perlu diketahui:
- Berbentuk
prosa
- Singkat,
dan tidak membutuhkan waktu lama untuk membacanya
- Memiliki
gaya tersendiri yang menjadi pembeda
- Tidak
utuh
- Memenuhi
keutuhan penulisan
- Bersifat
personal
Dalam
mengidentifikasi unsur kritik sastra dan esai, ada beberapa hal yang perlu kita
ketahui.
Kritik
Mengutip Dina
Gasong dalam Bahan Ajar Mata Kuliah Kritik Sastra (2018), kritik sastra adalah
usaha memberikan tanggapan, pertimbangan, penulaian suatu karya dengan memperlihatkan
keunggulan dan kelemahan dari suatu karya. Kritik sastra berkaitan dengan karya
sastra, baik itu cerpen, novel, atau drama. Menulis kritik sastra merupakan
salah satu bentuk apresiasi terhadap pengarang. Kritik sastra juga dapat
menjadi jembatan antara pembaca dan pengarang. Pada titik tertentu, penilaian
terhadap karya sastra ditulis berdasarkan metode dan teori kritik serta
kesusastraan. Kesimpulannya, ciri kritik sastra yang menjadi pembeda dengan
esai atau karangan lainnya, yaitu: Ditujukan untuk menanggapi atau mengomentari
karya sastra. Menungkapkan kelebihan dan kekurangan dalam karya sastra. Kritik
sastra dapat dilengkapi dengan saran. Menjadi sarana apresiasi.
Esai
Menurut Jos
Daniel Parera dalam Menulis Tertib dan Sistematik Edisi Kedua (1993), esai
adalah karangan atau tulisan dalam bentuk prosa tentang apa saja. Penulisan
esai bersifat individual. Maksudnya, pemikiran dan pandangan yang disampaikan
dalam esai adalah pandangan personal penulisnya. Masing-masing penulis esai
memiliki gaya kepenulisannya masing-masing. Metode dan teorinya tidak kaku
seperti kritik sastra, tetapi tetap memenuhi kaidah kepenulisan yang utuh. Esai
mencakup narasi serta kesimpulan yang logis agar dapat dipahami dengan baik
oleh pembaca. Dapat disimpulkan, ciri esai yang menjadi pembeda karangan
lainnya, yaitu: Ditulis secara naratif dalam bentuk prosa. Tulisan tidak
terlalu panjang, sehingga dapat dinikmati pembaca dengan lebih santai. Tiap
penulis esai memiliki gaya kepenulisan yang khas. Esai berisi bagian yang
penting dan menarik saja dari obyek dan subyek pembahasaan, sehingga esai terkesan
tidak utuh. Secara kepenulisan, esai harus memenuhi kaidah keutuhan karangan.
Esai merupakan pandangan personal atau pribadi penulisnya.
Perbedaan Kritik dan Esai
Pemahaman terhadap kritik dan
esai sering kali rancu karena keduanya merupakan teks yang didasarkan pada
suatu objek untuk dinilai. Oleh karena itu, mengetahui perbedaan kritik dan
esai akan membantu menjernihkan keburaman tersebut. Berikut adalah perbedaan
kritik dan esai menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 192) berdasarkan pengetahuan
yang disajikan, dan pandangan penulisnya.
Berdasarkan
Pengetahuan yang Disajikan
Jika kita membandingkan kritik sastra dan esai berdasarkan pengetahuan yang disajikan,
maka perbedaannya adalah sebagai berikut.
No. |
Kritik |
Esai |
1. |
Objek kajian adalah berupa karya, misalnya: cerpen, puisi,
seni musik, drama, tari, film, lukisan. |
Objek kajian dapat berupa karya namun kebanyakan berupa
fenomena (politik, kebijakan baru, fenomena sosial, dsb). |
2. |
Terdapat deskripsi karya, misalnya jika karya berwujud buku,
maka deskripsinya adalah sinopsis. |
Tidak memuat deskripsi atau ringkasan karya |
3. |
Menyajikan data objektif yang didapatkan dari hasil penelitian
atau penulis ahli terdahulu. |
Tidak selalu membutuhkan data, meskipun melengkapinya adalah
hal yang baik. |
Berdasarkan Pandangan Penulis
Dilihat dari pandangan
penulisnya, perbandingan kritik dan esai adalah sebagai berikut.
No. |
Kritik |
Esai |
1. |
Penilaian terhadap karya dilakukan secara objektif disertai
data empiris dan alasan yang logis. |
Kajian dilakukan secara subjektif, kebanyakan opini atau
pendapat pribadi penulis esai. |
2. |
Dalam melakukan penilaian, sering kali menggunakan metode dan
kajian teori yang sudah mapan untuk menilai jenis karya tertentu. |
Jarang bahkan hampir mencantumkan kajian teori yang digunakan. |
3. |
Pembahasan karya secara utuh dan menyeluruh; melakukan
perbandingan baik dan buruk. |
Seringkali tidak menyeluruh, hanya fokus terhadap bagian yang
menurut penulisnya paling menarik. Meskipun begitu, pembahasannya tetap
dilakukan secara utuh. |
Sistematika
Kritik dan Esai
Pada akhirnya, opini atau
pendapat seseorang terhadap suatu hal lain adalah bentuk atau genre teks
eksposisi. Oleh karena itu, ketika
mengidentifikasi unsur kritik dan esai, maka akan ditemukan struktur dan
sistematika penulisan teks eksposisi pula. Berikut adalah sistematika kritik
dan esai yang masih berlandaskan struktur teks eksposisi.
1.
Tesis
Adalah pendapat atau opini umum yang biasanya berupa pengenalan
dan deskripsi karya pada kritik atau pengenalan dan definisi umum isu pada
esai.
2.
Rangkaian argumen
Merupakan argumen atau
pendapat-pendapat penulis sebagai penjelasan khusus dari tesis umum yang telah
dipaparkan. Pada teks kritik, bagian ini akan banyak memuat data, fakta,
atau teori yang teruji untuk mendukung argumennya. Esai biasanya tidak terlalu
banyak menggunakan fakta atau data karena sifatnya biasanya masih memiliki
hipotesis baru.
3.
Penegasan ulang
Merupakan perumusan kembali secara ringkas mengenai tesis dan
berbagai argumen yang telah disampaikan. Hal ini untuk menyilangkan kembali
antara tesis awal dan rangkaian argumen menjadi kesatuan ide utuh yang dapat
diserap dengan baik oleh pembaca. Bagian ini dapat berisi penilaian akhir dan
saran konkret dalam teks kritik. Esai juga sebaiknya memuat solusi alternatif
untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas.
Kaidah Kebahasaan Kritik dan Esai
Sebagai salah satu turunan teks
eksposisi, teks kritik dan esai secara umum juga memiliki kaidah kebahasaan
yang hampir sama dengan teks eksposisi. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 208)
berikut adalah kaidah kebahasaan kritik dan esai.
1. Menggunakan pernyataan-pernyataan
persuasif. Contoh dalam kritik: Mengapa
terlalu buru-buru dalam mengungkap konfliknya? bukankah banyak pula novel
sukses yang dibangun melalui narasi yang lambat? Dalam esai: Menjaga kesehatan itu tidaklah sulit, salah satu
caranya hanya dengan rutin mencuci tangan saja.
2. Banyak menyisipkan
pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung dan membuktikan kebenaran
argumentasi penulisnya. Salah satu caranya bisa dengan mengutip pendapat ahli.
Selain itu, bisa juga dengan mencantumkan data resmi dari penelitian terkait,
misalnya kutipan data yang dihimpun WHO untuk situasi pandemi.
3. Menggunakan ungkapan dan
pernyataan yang mengomentari atau menilai. Contoh dalam kritik: Narasi antarperistiwa dirangkai dengan sangat apik
oleh penulisnya. Contoh dalam esai: Tampaknya
kebijakan tersebut memang berniat untuk mensejahterakan rakyat, hanya saja
fakta lapangan berkata lain.
4. Banyak menggunakan istilah
teknis yang berkaitan dengan topik yang dibahasnya. Contohnya dalam kritik yang
membahas novel, maka akan banyak menggunakan istilah: diksi, konflik, majas. Jika membahas kesehatan
maka akan menggunakan istilah: virus, bakteri, COVID-19.
5.
Menggunakan kata kerja
mental. Karena kritik dan esai sejatinya adalah teks eksposisi yang bersifat
argumentatif. Contohnya: menegaskan,
menentukan, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan.
Selain mengikuti kaidah
kebahasaan teks eksposisi secara umum, teks esai juga memiliki karakter khas.
Karakter khas yang dimaksud adalah gaya bahasa berupa pilihan kata, struktur
kalimat, dan gaya penulisan unik berkaitan erat dengan penulis esai secara
pribadi.
Menyusun Kritik dan
Esai
Membuat kritik dan esai yang baik
akan melibatkan beberapa langkah sederhana. Langkah-langkah tersebut
berdasarkan berbagai aspek dari kritik dan esai yang telah dijabarkan
sebelumnya, meliputi: struktur, kaidah kebahasaan, dsb.
Mengonstruksi
Kritik Sastra
Dalam menulis kritik, hal pertama
yang harus dilakukan adalah dengan membaca dan menikmati sepenuhnya karya yang
akan dikritik terlebih dahulu. Selanjutnya, dapat dilanjutkan dengan beberapa
langkah di bawah ini.
- Datalah
identitas karya, catat judulnya, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah
halaman, dsb.
- Buatlah
deskripsi singkat mengenai karya tersebut, terutama pada bagian yang
paling banyak dinilai. Dalam karya sastra, wujud deskripsinya adalah
sinopsis yang tidak boleh terlalu banyak membeberkan isi utama dari
kisahnya (jangan menjadi spoiler).
- Catat
berbagai kelebihan dan kekurangan yang ditemukan.
- Berdasarkan
data kelebihan dan kekurangan yang telah ditemukan, buatlah paragraf
sederhana untuk mengungkapkannya secara jelas.
- Buat semua
unsur struktur kritik, yakni: tesis, rangkaian argumentasi, dan penegasan
ulang. Ubah paragraf sederhana di atas menjadi salah satu rangkaian
argumentasi. Lengkapi argumentasi dengan paragraf lain yang menyokong atau
menguatkannya, termasuk kutipan ahli atau data dari penelitian dan lembaga
yang relevan. Dalam proses ini, setidaknya buat satu kalimat untuk mengisi
unsur tesis dan penegasan ulang.
- Lengkapi
semua struktur kritik yang dibutuhkan, termasuk tesis, argumentasi, dan
penegasan ulang.
- Lakukan
proses edit untuk memperbaiki berbagai kesalahan penulisan, tata bahasa,
dan ganti berbagai kata, dan kalimat yang kurang sesuai dengan kaidah
penulisan teks kritik.
Mengonstruksi Esai
Berbeda dengan kritik, esai
kebanyakan tidak mengulas atau mengkritik karya. Biasanya hal yang diulas
adalah fenomena tertentu seperti fenomena bahasa, situasi politik, keadaan
sosial, dsb. Berikut adalah langkah-langkah dalam menulis esai.
- Amatilah
fenomena yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu, koran, internet,
majalah, atau televisi, mengenai masalah yang sedang hangat dibicarakan
(aktual)
- Tentukanlah
satu bagian saja dari fenomena tersebut yang paling menarik perhatian.
Pastikan kita memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang hal tersebut.
Artinya, lakukanlah riset, observasi, hingga memperkaya literasi dalam
masalah yang akan dibahas tersebut.
- Buatlah
pandangan pribadimu mengenai topik yang telah tersebut.
- Siapkan
argumen untuk mendukung pernyataan pribadimu, boleh juga dilengkapi dengan
pendapat ahli atau data yang cukup memadai.
- Tulislah
sebuah esai berdasarkan hal telah disiapkan sebelumnya. Jangan ragu untuk
menggunakan gaya bahasa kita sendiri. Karena pada akhirnya, cara yang sama
seperti menulis esai akan kita lakukan: proses melengkapi struktur dan edit.
No comments:
Post a Comment